Hari ini Sabtu, 27 Oktober 2018 adalah malam terakhir kami jalan-jalan ke Jepang selama 9 hari. Di malam terakhir ini Kami menuju Square Enix Cafe di Shinjuku.
Square Enix Cafe Shinjuku
Cafe ini terletak di pelataran kantor Square Enix Jepang. Di malam hari tidak banyak terlihat aktivitas di sekitar kantor. Padahal berharap bisa bertemu Nomura atau mungkin bisa mencicipi Kingdom Hearts 3 sebelum rilis :D.
Banyak merchandise khas Square Enix disini. Selain cafe juga merangkap sebagai toko oleh-oleh, harganya jelas sepadan dengan orisinalitasnya.
Usai mengeksplor kafe, kami nongkrong di depan. Sambil meratapi matahari yang telah sirna di malam hari dan kesedihan karena harus berpisah dengan negeri matahari terbit ini sebentar lagi.
The end of the line
Bagi gw pribadi, petualangan di Jepang yang paling berkesan adalah ketika jalan-jalan ke Fujikawaguchiko. Kota itu begitu tenang dan sunyi, juga sejuk dan terasa rileks. Jauh dari hingar-bingar ibukota Tokyo yang padat akan aktivitas dan gimmick. Pemandangan danau dengan latar belakang gunung Fuji yang menjadi ciri khas Jepang menambah otentik petualangan kami di sini.
Malam itu kami kembali ke hotel kapsul di Asakusa. Sebelum tidur, kami berkumpul di restoran hotel kapsul untuk sekilas flashback dan diskusi rute perjalanan esok hari menuju bandara, sekaligus perpisahan dengan teman kami satu lagi yang masih lanjut di Jepang sampai 12 hari, rupanya belum puas dia.
Usai diskusi, kami langsung menuju kapsul masing-masing.
Kuil Asakusa, sekali lagi
Pagi-pagi, kami segera bergegas menuju stasiun kereta. Dari hotel kapsul menuju stasiun kereta Asakusa. Melewati “gapura” kuil Asakusa. Tempat ini adalah touchdown tempat wisata pertama kami di Tokyo, dan tempat ini pula yang menjadi tempat wisata terakhir kami, biarpun hanya numpang lewat.
Pagi-pagi masih sepi, tidak terlihat banyak orang yang melalui gerbang kuil. Kami berjalan setengah terburu-buru untuk mengejar kereta agar tidak terlambat.
Sampai di kereta, bukan hanya kami yang ingin menuju bandara. Bila ragu apakah kereta yang kita tumpangi bakal menuju bandara atau tidak, patokannya adalah para penumpangnya. Kalau terlihat banyak koper, then you are on the right train.
Narita Airport, Akhir dan Awal dari Perjalanan gw ke Jepang
Sesampainya di bandara, kami langsung refund kartu kereta PASMO, dapat kembali recehan. Yaa, meskipun nanti susah ditukar ke rupiah kalau dalam bentuk receh, lumayan untuk kenang-kenangan, atau untuk perjalanan berikutnya.
Check-in bagasi langsung di counter Garuda Indonesia, sebelumnya gw sempat khawatir bobot bagasi gw yang terlalu berat, tapi setelah ditimbang, ternyata masih jauh dibawah batas ambang aman.
Usai menerima tiket, kami rileks sebentar sebelum masuk ke ruang tunggu. Kondisi bandara juga tidak terlalu ramai saat itu. Hanya saja, antrian check-in Garuda setelah kami check-in menjadi panjang. Kami sedikit berlega karena bisa check-in tepat waktu.
Waktu boarding pun tiba, langsung ke Gate untuk masuk ke pesawat. Teman gw yang membawa botol minum langsung diperintahkan untuk dihabiskan atau ditinggal, tentu mending milih yang pertama.
Dan akhirnya kami kembali ke pesawat. Tidak lama langsung bersiap untuk terbang. Hanya saja, kali ini lebih lama untuk terbangnya, sekitar 20 menit di runway. Setelah masuk landasan pacu, gw melihat ke belakang, pantas saja ngantrinya lama!
And that is the end of it, of my journey in Japan. Sebagai pengalaman pertama gw ke luar negeri, tentu ini sangat berkesan. Bahkan gw masih ingat perjalanan ini saat tulisan ini gw ketik, 5 bulan kemudian setelah perjalanan.