Di hari ke-2 ini gw mau berbagi pengalaman ke Maid Cafe @Home Cafe di Akihabara. Selain itu nyobain Sate daging Kobe, Takoyaki, lalu ke toko Don Quiote dan Mandarake.
Sebelum ke Maid Cafe @Home Akihabara, mampir di Don Quijote
Sebelum ke “hidangan utama” di Maid Cafe, gw melihat lapak Sate daging kobe dan takoyaki Gindaco di pinggir jalan.
Selesai santap appetizer, kami ke Don Quijote, swalayan multi-lantai yang isinya dari kebutuhan sehari-hari sampai slot machine ala Time Zone.
Bagi para pecinta Anime, tak salah kalau dibilang Akihabara ini “mekkah”nya para Otaku. Belanja figur, atau berburu merchandise Waifu disini tidak sulit. Kalau di satu toko tidak ada, tinggal pindah ke toko lain.
Maid Cafe @Home Cafe
Mau makan di Maid Cafe itu musti antri, para Meido bergantian menyambut Goshujin-sama di depan pintu untuk diantar ke meja makan.
Tak lupa sambutan “Irashaimase, Goshujin-sama” yang membentuk formasi pagar ayu di sepanjang lorong pintu masuk.
GAK BOLEH FOTO DISINI, gw sempat dapat “teguran” yang halus dari salah satu Meidonya, “Sasshin wa dame desu” (lit. Foto tidak baik disini). Tapi, sebelum ditegur, gw sempat ambil.
Tiba didalam, gw melihat suasananya, tidak jauh beda seperti kafe biasanya. Hanya dengan “bumbu-bumbu” para Meido hilir mudik mengantar dan melayani pengunjung ini lumayan mencuci mata.
Pengunjungnya bermacam-macam, ada yang berkeluarga, ada pasangan kekasih, ada juga pria-pria kesepian yang ingin dihibur oleh Meido.
Maid cafe, tidak hanya sekedar cafe, tapi juga tempat curhat
Meido ini tidak hanya bertugas mengantar makanan, tapi juga melayani pengunjung yang ingin sekedar ngobrol, mainĀ board game atau bahkan curhat sekalipun.
Seorang Maido harus siap melayani/dipanggil kapan saja, harus punya kemampuan menghibur fansnya, biarpun terkesan cringe. Ibarat artis yang harus siap melayani fansnya di setiap saat, bahkan kalau mau foto dengan meido yang diinginkan, mereka nanti akan mengatur dulu waktunya.
Ada satu maid bernama panggung Ruby-chan yang terlihat berbeda dari yang lain, karena mukanya seperti bule dengan hidung mancung. Karena kita semua tidak ada yang bisa bahasa Jepang, akhirnya Ruby-chan ini yang ngelayani kita. Langsung saja kita tanyakan asal-usulnya, rupanya dia half Australian.
Makanan yang biasa saja, tapi kehadiran Maid membuatnya berbeda
Makanannya sejujurnya nothing special, tapi karena yang nganter makanan bukan mbak-mbak atau mas-mas pelayan biasa, jadinya terasa unik.
Gw pesan minuman soda non-alkohol, lalu datanglah gelas berisi soda bening. Sang Maid pun meminta kita ikut joget shake-shake, sambil menebak warna apa yang bakal dituang di gelas. Lalu gw menebak “Akai” (merah). Dan benar saja, warna yang muncul di gelas gw merah jambu.
Oh ya, disini para Maid itu jago menggambar, dengan sebotol saos sambal, makanan kita bisa digambar sesuai keinginan.
Foto dengan maid pilihan
Sambil makan nunggu giliran foto bareng Maid pilihan. Gw lupa namanya, yang jelas gw menyesal karena tidak bisa bahasa Jepang. Kalau bisa, sudah gw ajak ngobrol.
Durasi di restoran ini dibatasi 1 jam. Daripada nunggu di”usir”, kita langsung panggil aja minta bill.
Pengalaman serupa di situs lain:
Selebihnya di perjalanan gw selama 9 hari di Jepang.