Setelah batal memesan tiket masuk Tokyo Sky Tree, saatnya kami menuju Shibuya. Apalagi alasannya kalau bukan ingin belanja: melihat patung Hachiko, atau melihat Shibuya Crossing yang terkenal itu.
Dari Tokyo Sky Tree, kami hanya naik 1 kereta. Turun langsung di stasiun kereta Shibuya.
Kantor Transcosmos Shibuya
Mumpung lagi disini, gw penasaran ingin melihat kantor Transcosmos cabang Shibuya Jepang. Dari stasiun kereta Shibuya jaraknya sekitar 10 menit jalan kaki, langsung cus.
Begitu sampai disini, gw melihat tingginya kantor Transcosmos di Shibuya, jauh lebih tinggi dari gedung Graha Lestari tempat gw kerja di Transcosmos Indonesia dulu.
Usai mengunjungi “kantor lama”, kami janjian ketemuan di Tokyo Hands Shibuya. Sambil sebelumnya melewati patung Hachiko. Gw gak sempat foto karena ramai sayangnya.
Tokyo Hands
Salah satu tempat belanja yang kami kunjungi adalah Tokyo Hands di Shibuya. Dari lantai 1 sampai lantai 6, mulai dari baju, ATK, barang seni, mainan, diecast, ada semua. Sontak gw langsung menuju lantai 6 tempat diecast dan mainan berada.
Di lantai 6 ada diecast mobil-mobilan, robot, hingga kereta. Gw langsung cari mobil-mobilan. Dan gw menemukan 2 mobil BMW klasik, tapi sayangnya warnanya hitam, dan satu lagi terlalu klasik dan bukan selera gw.
CAN DO 100 yen
Habis dari Tokyo Hands, kita pergi ke toko serba 100 yen CAN DO. Barang-barang disini harganya memang benar-benar serba 100 yen, tanpa minimum pembelian. Gw beli papan tulis mini, 2 buah, harganya jadi 200 yen. Sekitar 26 ribu kalau di rupiahkan.
Selesai belanja, kami menunggu lama teman kami yang masih berbelanja, karena titipan keluarganya yang banyak. Sambil menunggu, kami memperhatikan pejalan kaki yang lalu lalang. Kesannya? Gw kagum, berharap ada jajanan pinggir jalan? Don’t even think about it. Trotoar disini sangat rapih dan bersih, membuat para pedestrian nyaman berjalan.
Mencoba Lidah Bakar Negishi
Selesai belanja, saatnya makan malam, karena hari juga sudah mulai gelap. Menu malam ini sangat spesial, yakni lidah sapi bakar restoran Negishi.
Ada satu makanan yang gw baru coba disini, yakni Yamaimo, nama latinnya Dioscorea japonica, sejenis ubi, bentuknya disini seperti bubur, rasanya gurih, tapi kalau digado langsung rasanya kurang enak. Setelah ngintip orang Jepang disebelah yang sedang makan, kami baru tahu kalau Yamaimo ini bisa dituang ke nasi sebagai suplemen rasa.
Menu seharga hampir 200 ribu habis disantap dalam waktu yang singkat, ingin menambah rasanya, tapi masih tahan-tahan, karena masih ada hari terakhir besok di Akihabara.
Kenyang isi bahan bakar, masih ada sedikit waktu sebelum kembali ke Tokyo Sky Tree di Asakusa. Kami menuju Shibuya Crossing.
Ingin mendapat foto Shibuya Crossing dari atas? Jangan harap bisa gampang. Ada gedung tingkat yang posisinya tepat memandang jalanan, tapi yang jelas, jendelanya ditutup semua supaya orang tidak berkerumun dan membuat ketidaknyamanan. Ada satu tempat yang jendelanya dibuka, yakni Starbucks Coffee. Musti beli kopi dulu pastinya.
Meski sebenernya belom puas karena hanya sehari di Shibuya, kami langsung menuju stasiun kereta menuju Tokyo Skytree, menara tertinggi di Tokyo.
Selebihnya di perjalanan gw di Jepang selama 9 hari.